“Waaaaaaahhhhh”. Begitu lah reaksi para siswi saat pria berparas
tampan dengan kaca mata yang mempermanis
wajahnya serta kulitnya yang putih mulus ketika masuk kedalam kelas baru
mereka.
“Ternyata dia sekelas dengan kita.” Gumam gina yang
menggenggam erat pergelangan tangan indri.
“Iya benar, itu berarti……………”
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…!!!” reflek gina dan indri yang setengah berteriak.
“saaaaakkiiit !!!” keluh indri.
“sakit ? kok sakit ?” tanya Gina bingung.
“tangan, tangan ku sakit tauuuuuu !” jawab Indri sambil
menunjuk tangannya yang dipegang erat oleh Gina karna begitu senang.
“oooooowwhh….heheheheh maaf maaf maaf, kesenengan sih” .
melepaskan pegangan erat tersebut dari tangan indri.
Mereka pun menjalani hari itu dengan
penuh semangat, karna sumber penyemangat mereka adalah pria tampan itu. Namun
kenyataan pun berkata lain, ternyata yang menyukai pria itu bukan hanya mereka
berdua saja melainkan banyak, bahkan hampir
semua siswi disekolah itu mengagumi
pria berwajah tampan itu karena selain dia tampan buaaaangeetttt !!! dia
ternyata juga pintar banget.
Gina dan indri pun mulai berputus asa
untuk bisa mendekati pria itu karena mereka merasa minder, dan mereka berdua menganggap
tidak ada yang bisa ditonjolkan/dibanggakan untuk bisa menarik perhatian dan
setidaknya berteman dekat dengan pria sepopuler itu. Mereka pun hanya bisa
berharap jika menjadi teman sekelas itu
mungkin mempermudah untuk sedikit berkomunikasi dengan pria tsb meski hanya
sekedar beralasan minta jelasin alias modus tentang pelajaran misalnya nih
pelajaran matematika (hehe). Namun setelah beberapa minggu kemudian dilalui,
jangankan untuk berkomunikasi, mengenal mereka berdua pun mungkin pria itu
tidak, karna pria itu ternyata tidak teralu menghiraukan orang lain yang ada disekitarnya
tetapi hanya mau bergaul dengan siswa/i yang tertentu saja. Pria itu disetiap
harinya hanya duduk,diam,tenang dan sangat acuh dengan suasana disekelilingnya
atau sangat cuek banget gitu deh pokonya padahal keadaan didalam kelas mereka
itu bisa dikatakan sangat kacau dan sangat berisik(maklumlah anak sma,wkwkwk)
dengan ditemani sebuah buku yang setiap hari berganti tema.
“huh ! dasar sombong !” Gina kesal sambil menoleh ke pria
itu.
“iya tuh ! menyebalkan !” balas indri sambil mengepalkan tangan
seolah ingin memberi tonjokan pada pria yang dilihatnya.
“mentang2 cakep n disukai bnyak cwe, dia jadi sok ! rasanya
pengen ku cincang tu orang.”
“benar2 deh tu orang, masa nyapa kita berdua yang teman
sekelasnya aja gx pernah !” geram gina semakin kesal.
“coba kalo mereka anis(cantik),nela(pinter
biologi),ana(pinter b.ing) n mereka2 yang kaya tuh, keliatannya dia baik, sok
manis !” tambah indri kesal.
“tapi emang manis kaaaaaaaaaannn !” kepala vino mendekat dari belakang tepatnya diantara gina dan indri.
“vinoooo!!! Kamu nguping ya ??!!” gina kaget dengan menekan jari
telunjuknya tepat dikening vino.
“dasar tukang nguping !” tambah indri.
“tapi dia tetap maniskan meski agak sombong.” Ujar vino
tampak seperti sindiran.
“maksud kamu apa ? percuma aja manis tapi sombong kaya gitu.”
Gina pun memanas.
“ah yang benar ? biasanyakan cewe tu tidak peduli baik tidak
nya tu cowo, tapi dari cakepnya.” Vino semakin menyidir.
“heh ! gx semua cwe kaya gitu kalek !” balas indri.
“udaaah… jujur aja lah ,aku bisa kok bantuin kalian berdua
deketin dia, dia kan juga teman ku”. Goda vino kepada gina dan indri.
“wah ! yang benar vin ? gimana caranya ?”. indri pun tanpa
sadar sangat bersemangat mendengar tawaran dari vino meski sebelumnya ia tampak
sangat kesal.
“ in !!! kamu apa2’an sih ?!” bentak gina dengan sangat
kesal. Dan indri pun sejenak terdiam dan merasa bersalah dan sedikit malu.
“hahahahah…apa aku bilang kan, cwe tu gx peduli dengan baik
ato gx nya tu cwo,tapi dari cakepnya.hahahahah” ujar vino tertawa sinis.
“eh ! vin, maksud kamu tu apa’an sih, jangan jadi orang yang
sok tau gitu deh !” dengan sangat kesal gina menghentakkan sebuah buku tepat
diatas sebuah meja yang ditempati vino dan segera pergi dari situ. Ruangan itu
seketika terhening sejenak ketika mendengar hentakan dan dengan sedikit heran, mereka
yang tersisa diruangan saat jam istirahat itu pun kembali berisik dan
melupakannya, Vino dan Indri tidak menyangka bahwa gina bisa sekesal itu.
Ketika gina
bingung hendak kemana saking kesalnya, dia pun hanya mengikuti kemana langkah
kakinya tertuju, gina memikirkan berkali-kali perkataan vino tadi,apakah benar
kalo cewe tu gx ngeliat dari baek ato gx nya tu cowo,tapi dari cakepnya.
Pertanyaan itu selalu terbayang-bayang dalam benaknya dan menghantui pikirannya.
Terkadang ia mencoba menjawab bahwa itu salah, karna cewe juga ngeliat dari
hati si cowo dan cara dia berprilaku terhadap sesama. Tetapi,terkadang ada
pendapat lain yang menghampirinya, kalo perkataan vino tu emang benar karna
kebanyakan cewe tu langsung tertarik dengan ketampanan si cowo dan
mengabaikan sikap dan prilaku si cowo
yang tidak baik dan mencoba mendekatinya. Gina pun mencoba menghilangkan
pikiran2 yang mengganggunya itu dan lansung menuju keran air yang tepat di
persimpangan jalan menuju kantin dan kelas untuk mencuci wajahnya agar lebih
fresh dan sedikit menenangkan hatinya.
“hai gina.” Seorang pria menyapa saat gina membasuh air ke
wajahnya.
“hai” jawab gina namun tetap menutup matanya dan membasuh
wajahnya lebih lama.
“kok tumben sendirian, indri mana ? biasanyakan bareng.”
Tanya pria itu seolah telah mengenal gina lebih lama.
“ada tu dikelas, lagi sammaa….” Suara gina mengecil dan lama2
menghilang karna dia sangat kaget karna ternyata yang menyapa dan berdiri tepat
disebelahnya sambil berbicara dengannya itu adalah Deni si cowo cakep yang
menjadi sumber keributan antara gina,indri dan vino tadi.
“hemmm, sama siapa ? kok gx dilanjutin?” tanya deni sedikit
bingung.
“ya sama temannya la, masa sama musuhnyaaa” jawab gina dengan
nada sinis dan tampak kesal.
“owhh, memangnya indri punya musuh ya ?” kembali lagi deni
bertanya dengan polos yang tidak mengerti maksud perkataan gina.
“kamu kok banyak tanya sih ?! comel banget jadi cowo !” ujar
gina tanpa menjawab pertanyaan deni.
“ keliatannya kamu gx suka ya dengan kehadiran aku disini”
deni pun merasa heran dengan gina yang tiba2 menunjukkan sikap yang sangat
tidak menyukainya.
Tanpa
melontarkan sepatah kata lagi gina langsung pergi meninggalkan deni yang masih
tetap berdiri ditempat, ketika itu deni tampak bersedih dan menampakkan
ekspresi tidak seperti biasanya. Dan akhirnya bell yang menandakan jam
istirahat berakhir pun terdengar dan para murid berlalu-lalang menuju kelas
masing2.
.........................................................................................................................
( BERSAMBUNG )